Tentara Gila
A. Suwistyo Waktu muda Wira dihabiskannya di asrama tentara. Bapaknya tentara berpangkat di sana. Tentu saban hari dilihatnya para tentara berseragam berlari sana kemari, sorak-sorak yel-yel mereka setiap pagi dan petang – katanya penambah semangat, sampai nada-nada tinggi nan tegas sebagai logat penanda para tentara, tak peduli mana asalnya. Walaupun Wira masih duduk di bangku sekolah menengah atas, bapaknya sangat bersikeras bahwa anak perempuan tunggalnya harus bisa jadi seorang perwira kelaknya. Yang ada di kepalanya hanya melihat Wira menjadi perwira berbalok satu di bahu. Tak peduli apa pun caranya. Ia akan menyogok para teman perwiranya jika harus. Gadis itu disuapi berbagai macam cerita, mulai dari bapaknya saat jadi bintara hingga latihan fisik setiap hari serta tak lupa soal - soal akademik. Maka sudah jadi makanan sehari-harinyalah seolah-olah hidup dalam barak taruna. ...